“Wahai Kaunteya (Arjuna, Putra Kuntī), indra yang terangsang, menjadi liar, bergejolak, dan dapat menghanyutkan gugusan pikiran dan perasaan (mind) para bijak yang sedang berupaya meraih kesadaran diri atau pencerahan…” Bhagavad Gita 2:60
Indra yang tidak terkendali, pengecapan, penglihatan, pendengaran, semua organ-organ ini, kalau indra persepsi tidak terkendali, maka pikiran bisa menjadi liar. Seluruh hidup kita bisa upside down, bisa amburadul karena tidak terkendalikan. Malah kita sudah terkendalikan oleh mind kita yang sudah liar atau indra kita yang sudah liar. Demikian kata-kata Krishna ini jelas sekali dan sangat keras sekali: Bahkan dapat menghanyutkan mind para bijak yang sedang berupaya untuk meraih kesadaran diri.
Jadi bukan hanya orang awam, bukan cuma orang biasa, namun para bijak, orang yang sedang berupaya untuk meraih kesadaran diri, mereka pun bisa terhanyut masuk dalam lumpur ketidaksadaran. Ini perlu kita perhatikan. Oleh karenanya kita selalu membutuhkan apa yang disebut satsang atau support group pergaulan yang baik.
“Setelah mengendalikan seluruh indra, hendaknya seorang bijak yang ingin menemukan jati dirinya, memusatkan seluruh kesadarannya pada-Ku, demikan kesadarannya tak akan tergoyahkan.” Bhagavad Gita 2:61
Pada-Ku, di sini Krishna menjelaskan: pada-Ku, pada-Ku Krishna ini bukan badan Krishna, tapi pada Sang Aku yang juga ada dalam diri Kita. Tuhan tidak berada di luar diri. Begitu kita menempatkan Tuhan di luar, kita mengagung-agungkan Tuhan, kemudian kita menciptakan dualitas, hubungan saya dengan Tuhan adalah vertikal, hubungan saya dengan sesama manusia adalah horisontal.
Yang vertikal akan menang dan kemudian yang horisontal terkalahkan. Jadi kadang-kadang, bahkan sering kali kita bisa berbuat seenaknya kepada sesama manusia, sesama makhluk hidup. Kita bisa merusak lingkungan, tapi berdoanya juga rajin. Upacara rajin rapi, segala sesuatu seremoni rajin rapi. Tetapi hubungan sesama makhluk hidup tidak rajin, tidak rapi. Dan, kita anggap bahwa Tuhan itu adalah pencuci dosa. Saya boleh berbuat apa pun di sini (horisontal) kemudian minta maaf.
Ini yang tidak disetujui oleh Krishna. Dia mengatakan setelah indra terkendali, dalam tradisi-tradisi lain pun demikian, setelah khusyu baru berdoa. Sekarang kita mencari kekhsyukan dari doa. Coba perhatikan lagi. Tradisi-tradisi yang kita anut begitu jelas, khusyuk dulu baru berdoa. Pikiran terkendali , kalau pikiran kita tidak terkendali doa kita juga amburadul, doa kita juga transaksional. Mengharapkan ini, mengharapkan itu dari Tuhan bukan karena cinta bukan karena apa.
Jadi pikiran harus terkendali dulu, nafsu harus terkendali dulu, baru semuanya akan jadi baik. Jadi setelah terkendali itu, pusatkan kesadaranmu pada Sang Aku, yang ada dalam setiap makhluk hidup. Berarti menerima semua wujud kehidupan. Sebagai manifestasi dari Hyang Maha Kuasa. Disini Krishna menjelaskan, bahwa cuma mengendalikan pikiran pun, tidak akan banyak membantu, kamu harus melihat Hyang Maha Kuasa itu di mana-mana. Di mana pun kita menoleh harus bisa lihat wajah-Nya, kemuliaan-Nya, keagungan-Nya.
“Dalam diri seorang yang senantiasa memikirkan objek-objek di luar yang memikat indra – timbullah ketertarikan, keterikatan pada objek-objek di luar itu. Dari ketertarikan, keterikatan timbul keinginan untuk memiliki objek-objek tersebut. Dan, dari keinginan, timbullah amarah (ketika keinginan tidak terpenuhi).” Bhagavad Gita 2:62
Dengan senantiasa memikirkan objek-objek yang memikat, senantiasa mengenang hal-hal yang memikat kita. Orang yang sudah bebas dari narkotika masih mengenang terus, narkotika itu apa. Orang sudah bebas dari kebiasan-kebiasaan yang tidak baik, sudah bebas dia tapi karena mengenang terus, timbul satu hasrat, timbul keinginan lagi untuk memiliki itu. Dan, ketika kita tidak bisa memiliki, maka timbul amarah. Kenapa saya tidak bisa miliki? Penjelasan lebih lanjut kunjungi youtube Anand Krishna dibawah ini
Sumber : Video Youtube Anand Krishna Bhagavad Gita Sehari Hari Ayat 2:61-68 Kendalikan Pikiran Kembangkan Kebijaksanaan
Comments