Ketakselarasan Itulah Dosa
Kesalahan itu tidak ada, kecuali kau berbuat salah. Kekeliruan itu sesungguhnya tidak ada, kecuali kau bertindak keliru. Adanya dosa karena adanya tindakan kita yang tidak selaras dengan alam. Dosa itu tidak ada. Engkaulah yang membuatnya ada karena perilaku serta kebiasaan-kebiasaanmu yang tidak selaras dengan alam. Dosa disebabkan oleh ketakselarasan kita dengan alam. Setiap tindakan yang tidak selaras dengan alam adalah dosa. Dosa tidak memiliki eksistensi di luar tindakan kita yang tidak selaras dengan alam.
Rumus Dosa = Aku + tindakan yang tidak selaras dengan alam
"Perhatikanlah alam sekitarmu. Belajarlah dari alam! Dari bumi yang selalu memberi walau dieksploitasi, diinjak-injak dan perutnya dikoyak-koyak. Ada langit yang selalu mengayomi, menyirami ketika bumi gersang. Ada udara, angin, sehingga kita dapat bernapas. Belajarlah dari alam! Ada api atau energi yang membantu kita dalam setiap pekerjaan. Ada ruang, angkasa luas di mana bumi kita berputar tanpa henti. Pernahkah mereka menuntut sesuatu darimu? Mereka memberi tanpa pamrih, tanpa mengharapkan sesuatu dari kita." (Dikutip dari buku Mawar Mistik - Anand Krishna)
Itulah pelajaran utama yang dapat kita petik dari alam: memberi tanpa mengharapkan imbalan, memberi tanpa pamrih. Ketika kita memberi dengan sesuatu harapan, kita sudah bertindak tidak selaras dengan alam. Pelajaran lain yang dapat dipetik dari alam adalah keluasannya. Langit yang luas, laut yang luas, segalanya luas. Cara berpikir kita yang sempit adalah dosa.
Ketakselarasan inilah yang menyebabkan penyakit hingga akhirnya kau mati. Semua itu terjadi karena tindakanmu sendiri; tindakanmu pula yang telah menjauhkanmu dari Dia. Ketakselarasan dengan alam membuat kita tidak nyaman, sakit. Ketakselarasan pula yang menyebabkan kelahiran dan kematian. Keselarasan akan membuat kita kekal, abadi – bebas dari kelahiran dan kematian. Keselarasa dengan alam adalah Rencana Allah bagi kita – Kehendak Ilahi. Ketakselarasan dengan alam adalah buatan kita.
Dampak Suatu Keterikatan
Keterikatan pada materi menimbulkan keinginan dan ketakselarasan dengan alam. Kemudian berbagai macam masalah pun muncul dalam tubuh. Kenapa kita terikat pada sesuatu? Karena kita melihat sesuatu itu di luar diri kita. Dan timbul keinginan untuk memilikinya. Pernahkah kita merasa terikat dengan ginjal, hati, dan jeroan - karena semua itu sudah ada dalam diri kita. Hingga suatu ketika, kita jatuh sakit. Maka saat itulah kita merasa kehilangan kesehatan.
Keterikatan menimbulkan keinginan untuk memiliki dan mempertahankan sesuatu – keadaan maupun orang. Keinginan itu tidak selaras dengan alam. Alam tidak memiliki keinginan untuk mempertahankan sesuatu. Alam membiarkan terjadinya perubahan, bahkan malah memfasilitasinya, mendukungnya.
Hidup Selaras Dengan Alam Agar Tidak Kehilangan Keseimbangan
Alam dengan seluruh isinya sadar akan perannya masing-masing dalam Jagad Raya ini. Api berperan sebagai penghangat, pembakar, dan ia tidak pernah melupakan perannya itu, sebagai energi pun menjaga suhu badan kita. Saat berada di Kutub Utara, suhu badan kita tidak lantas ikut turun menjadi minus sekian. Apa yang terjadi jika suhu badan kita menjadi minus 50 atau 60 derajat? Kita sudah pasti mati! Begitu juga dengan air, angin, tanah, dan ruang angkasa berperan sesuai dengan tugas mereka masing-masing, sesuai dengan sifat mereka masing-masing.
Ada 7 lapisan Alam - wujud kegusaran yang harus dilewati oleh Sang Jiwa (dikutip dari buku Mawar Mistik - Anand Krishna) antara lain:
1. Alam Kegelapan
2. Alam Keinginan
3. Alam Ketidaktahuan
4. Alam Kecemburuan yang Membinasakan
Rasa cemburu adalah musuh utama kita. Terdorong oleh rasa cemburu, manusia bisa saling membunuh, saling menjatuhkan. Rasa cemburu membuat kita lupa akan segala kenikmatan yang sudah kita miliki. Kita lupa akan berbagai berkat yang telah kita nikmati. Kecemburuan merampas akal budi kita, mengacaukan pikiran kita, membuyarkan pandangan kita, dan hilanglah kemampuan kita untuk membedakan yang tepat dari yang tidak tepat.
5. Alam Perbudakan pada Tubuh
Silahkan bertubuh, silahkan berbadan, silahkan menikmati kepemilikan, tapi jangan menjadi budaknya! Jadilah pemilik, the master of your senses, not the slave! Jadilah raja dari panca indra dan pikiran yang kita miliki, janganlah menjadi budak mereka. Perbudakan pada tubuh terjadi ketika kita memikirkan makan melulu. Bukan hanya makanan yang masuk ke dalam tubuh kita lewat mulut, tetapi juga yang masuk lewat telinga, lewat hidung, lewat mata, lewat perabaan, lewat getaran-getaran pikiran.
6. Alam Kebijaksanaan yang Memabukkan
Istilah kebijaksanaan di sini harus diartikan sebagai pengetahuan. Pengetahuan yang masih belum berkembang menjadi kesadaran. Pengetahuan yang setengah-setengah inilah yang berbahaya. Pengetahuan seperti inilah yang memabukkan. Para politisi yang tidak berani menolak paham-paham radikal dan ekstrem hanya karena keuntungan sesaat dan kepentingan pribadi atau kelompok adalah orang yang mabuk yang dapat merusak seluruh tatanan masyarakat.
7. Alam Kebijaksanaan yang Menyesatkan
Kebijaksanaan yang menyesatkan mengintimidasi manusia dengan segala macam siksaan dan penderitaan di neraka, kemudian ia pun menawarkan jasa dan solusi untuk menghindarinya dengan keluarkan tabunganmu!
Simak juga video berikut dari Anand Krishna yang membahas tentang "Jaga Alam, dan Alam akan Menjagamu!" agar kita dapat lebih selaras dengan alam semesta ini ya....
Comments